MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI DAN DINAMIKA BELAJAR
Dosen Pembimbing Roy Wahyuningsih, S. Pd
Disusun Oleh Kelompok 4 :
1. Zumrotun Nisak
Ulaillah (102230)
2. Puji Astutik (102235)
3. Rosalia Kurnia
Hidayati (102248)
4. Arief Rahmawan (102328)
PENDIDIKAN
EKONOMI 2010 A
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU
REPUBLIK INDONESIA
STKIP PGRI
JOMBANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, inayahnya serta
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori
dan Dinamika Belajar dengan tepat waktu.
Keberhasilan
ini tidak mungkin tercapai tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terimakasih kepada Ibu Roy Wahyuningsih, S.Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran
yang bermanfaat dan membantu akan sangat diperlukan dari berbagai pihak.
Jombang,
10 Oktober 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
...........................................................................................
i
KATA PENGANTAR .........................................................................................
ii
DAFTAR ISI
........................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ..................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
...........................................................................................
2
C. Tujuan dan Manfaat
........................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori
Belajar
.................................................................................
3
B. Penerapan Teori
Belajar .................................................................................
7
C. Pengertian Dinamika
Belajar
.......................................................................... 9
D. Penerapan Dinamika
Belajar
.......................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................................
20
B. Saran
..............................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dunia
berkembang begitu pesat. Segala sesuatu yang semula tidak bisa dikerjakan,
tiba-tiba bisa dikerjakan oleh orang lain yang bisa mengerjakan hal tersebut.
Agar kita tidak tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang berubah sangat
cepat ini, maka kita harus sadar bahwa pendidikan itu sangat penting. Banyak
negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang sangat
sulit. Namun semuanya menyadari bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas
negara yang sangat penting. Banyaknya kekacauan-kekacauan yang muncul di
masyarakat pada bangsa ini diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia
pendidikan. Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses
demokratisasi belajar yaitu pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan
tindakan belajar sesuai dengan karakteristik yang dimiliki serta didukung oleh
lingkungan belajar yang bebas dan kesadaran dari semua pihak yang terlibat
dalam proses pembelajaran akan dapat menciptakan sikap dan persepsi yang
positif terhadap belajar. Penerapan ini juga tidak terlepas dari adanya faktor
teori dan dinamika belajar yang diterapkan sebagai acuan serta pedoman dalam
pembelajaran.
Dari uraian
di atas, maka dipandang perlu bagi seorang pendidik untuk memahami tentang
teori dan dinamika belajar dalam pembelajaran. Agar dapat berjalan optimal
seperti yang diharapkan karena pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu
bangsa.
1
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang masalah di atas maka permasalahan mendasar yang hendak di telaah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud
dengan teori belajar?
2. Apa saja yang
terdapat dalam teori belajar?
3. Bagaimana penerapan
teori belajar?
4. Apa yang dimaksud
dengan dinamika belajar?
5. Bagaimana menjalankan
dan menghadapi dinamika belajar?
6. Apa saja contoh
penerapan dinamika belajar?
C.
Tujuan dan Manfaat
1.
Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan penyusunan makalah ini
adalah untuk :
a. Mendeskripsikan teori
dan dinamika belajar.
b. Mengkaji teori dan
dinamika belajar.
c. Menelaah teori dan
dinamika belajar.
2.
Manfaat Penyusunan Makalah
Penyusunan
makalah ini bermanfaat secara :
a. Teoretis, untuk
mengkaji ilmu pendidikan khususnya dalam memahami teori dan dinamika belajar.
b. Praktis, bermanfaat
bagi :
(1) Para pendidik agar
pendidik tidak salah persepsi tentang teori dan dinamika belajar.
(2) Mahasiswa agar dapat
memahami tentang teori dan dinamika belajar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN TEORI BELAJAR
Teori merupakan hasil analisis manusia
yang bisa dibuktikan kebenarannya. Suatu teori bersifat tetap dan suatu teori
dapat ditinggalkan apabila dijumpai teori baru atau hasil pengembangan dari
teori sebelumnya.
Sedangkan belajar adalah suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan
tetapi belajar lebih luas daripada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar
dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati
oleh orang lain. Kegiatan belajar yang berupa perilaku kompleks tersebut
menimbulkan berbagai teori belajar. Seorang pebelajar atau siswa harus
menghayati apa yang di pelajarinya karena erat hubungannya dengan usaha
pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar atau guru.
Pengertian belajar menurut para ahli :
- Suatu aktivitas mental dan psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri (Wingkel, 1987).
- Suatu perilaku yang ditimbulkan dari respon belajar (Skinner).
- Suatu aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen (Walra, Rochmat, 1999:24).
3
Dari uraian
di atas maka dapat disimpulkan teori belajar merupakan proses dimana dalam
proses belajar menghasilkan pengajaran yang baik, manajemen yang baik dengan
menggunakan teori belajar yang disukai.
Secara garis besar teori
belajar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pembagian ini didasarkan atas
pandangan belajar dalam mengenal manusia yakni :
1. Pandangan
yang menyatakan bahwa manusia adalah organisme yang pasif, yang dikuasai oleh
stimulus yang terdapat dalam lingkungan.
Menurut pandangan ini manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat
dikontrol. Caranya adalah dengan mengontrol stimulus stimulus yang ada dalam
lingkungannya. Hukum hukum yang berlaku bagi alam pada umumnya berlaku bagi
manusia.
2. Pandangan
kedua menganggap manusia adalah bebas untuk membuat semua kegiatan.
Macam-macam
Teori Belajar :
- Teori Belajar Menurut Jerome Bruner
Teori belajar Bruner (dalam Nur, 1999:8) dikenal
dengan teori belajar penemuan. Belajar penemuan merupakan usaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya. Sehingga
mendapatkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.
Belajar dengan cara penemuan
memiliki kelebihan diantaranya pengetahuan yang diperoleh siswa dapat bertahan
lama atau mudah diingat, lebih mudah menerapkan ketika dia berhadapan dengan situasi
baru, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir bebas.
4
- Teori Belajar Pieget dan Vygotsky
Menurut Pieget dan Vigotsky (dalam Nur:1993:3)
menyatakan bahwa perubahan kognitif yang terjadi jika konsepsi-konsepsi yang
telah dipahami sebelumnya di olah melalui suatu proses ketidak seimbangan dalam
upaya memahami informasi-informasi baru. Pieget dan Vigotsky juga menekankan
kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda
untuk mengupayakan perubahan konseptual. Ada empat bentuk pengetahuan pada
seseorang, yaitu : Pembelajaran sosial, zona perkembangan terdekat, pemagangan
kognitif, dan scaffolding.
- Theory Knowledge Based Constructivism
Teori ini menekankan
kepada pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan
aktif dalam proses belajar mengajar atau yang sering diistilahkan sebagai
student centre. (Departemen Pendidikan Nasional, 2004).
Pengetahuan yang didapat
siswa merupakan hasil dari proses belajar sedikit demi sedikit dari konteks
terbatas yang kemudian di konstruksikan sendiri sesuai dengan pemahaman siswa
sehingga pemahaman materi diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna
dan berkesan bagi pribadi siswa.
- Theory Effor Based Learning/Incremental Theory of Intellegence
Teori ini menyatakan
bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan memotivasi seseorang untuk
terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan komitmen untuk belajar.
(Departemen Pendidikan Nasional, 2004).
5
Teori
Based Learning/Incremental Theory of Intellegence melihat bahwa dalam proses
belajar perlu adanya motivasi dari pribadi siswa yang berfungsi untuk mendorong
siswa lebih giat dan bekerja keras untuk pencapaian hasil belajar yang lebih
baik dan berarti.
- Theory Socialization
Teori ini menekankan
bahwa belajar merupakan proses social yang menentukan tujuan belajar, oleh
karenanya, faktor sosial dan budaya perlu diperhatikan selama perencanaan
pengajaran. (Departemen Pendidikan Nasional, 2004).
Faktor sosial dan
budaya yang merupakan cerminan pendekatan paling cepat dan tepat karena
melibatkan keseluruhan pihak, baik itu individu (manusia) masyarakat
(lingkungan). Oleh karena itu pembelajaran dipandang lebih efektif apabila
didalamnya terdapat unsur sosial dan budaya yang dapat menemukan konsep-konsep
serta pengalaman langsung tentang apa yang dipelajarinya, melibatkan siswa
untuk berinteraksi langsung.
- Theory Situated Learning
Teori ini berpendapat
bahwa pengetahuan dan pembelajaran harus dikondisikan dalam fisik tertentu dan
konteks sosial (masyarakat, rumah, dan sebagainya) dalam mencapai tujuan
belajar. (Departemen Pendidikan Nasional,2004).
Konteks
sosial yang dimaksudkan dalam pembelajaran berfungsi untuk membentuk kecakapan
interpersonal dengan orang lain sehingga pada akhirnya siswa dapat menerapkan
pengetahuan yang didapatkannya dengan kehidupan sehari-hari dalam kelompok
sosial masyarakat yang lebih nyata.
6
- Theory Distributed Learning
Teori ini menganggap
bahwa manusia merupakan bagian terintegrasi dari proses pembelajaran, oleh
karenanya harus berbagi pengetahuan dan tugas-tugas. (Departemen Pendidikan
Nasional, 2004).
Antara pendidik dan
siswa serta lingkungan merupakan bagian dari satu kesatuan yang tidak dapat
berdiri sendiri dan harus bekerja sama dalam proses belajar. Kerja sama akan
menjadikan pengalaman serta informasi belajar siswa lebih beragam, saling
merespons, saling berkomunikasi serta menjadikan kompetensi siswa lebih
berkembang karena adanya saling interaksi dan pengtransformasian pengetahuan
yang berasal dari berbagai sumber.
B.
PENERAPAN TEORI BELAJAR
Dapat dilakukan melalui
beberapa tindakan, yaitu :
- Mengajarkan tingkah laku melalui proses yang dimulai dengan penetapan tujuan, kemudian diadakan analisis tugas, langkah-langkah kegiatan murid dan penguatan terhadap respon yang diinginkan.
- Melakukan modelling atau imitasi (peniruan) karena tingkah laku manusia lebih banyak dipelajari melalui modelling atau imitasi daripada melalui pengajaran langsung.
- Acuan terhadap prosedur-prosedur pengendalian atau perbaikan tingkah laku yang meliputi :
1. Memperkuat tingkah
laku bersaing, misalnya : kerjasama, membaca, dan diskusi.
2. Adanya perubahan
lingkungan yang terjadi, misalnya : jika dalam belajar, murid terganggu oleh
suara gaduh di luar kelas, maka guru dapat memberikan ketukan pada jendela agar
dapat menghentikan gangguan itu.
7
3. Adanya perhatian dari
guru kepada muridnya atau sebaliknya murid kepada gurunya dalam belajar
sehingga tercipta sebuah interaksi.
4. Penerapan suatu
prosedur seperti menyuruh siswa untuk melakukan perbuatan yang berulang-ulang
sehingga ia menjadi lelah dan jera. Contoh : Seorang guru yang memergoki muridnya
merokok, kemudian guru meminta muridnya untuk menghabiskan rokok satu pak
sehingga murid itu akan menjadi bosan.
5. Pemberian hukuman.
Hukuman sebaiknya diterapkan di
kelas dengan bijaksana agar lebih efektif dalam memberikan suatu hasil yang
positif bagi siswa. Hukuman mengatasi tingkah laku yang tidak diinginkan dalam
waktu singkat. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan murid,
sedangkan reword menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh murid.
Langkah-langkah
guru dalam menganalisis dan memodifikasi perilaku, yaitu :
1. Perumusan tingkah
laku yang tepat.
2. Pengamatan terhadap
tingkah laku siswa yang perlu diubah.
3. Menciptakan situasi
belajar sehingga terjadi tingkah laku yang diinginkan.
4. Memperkuat tingkah
laku yang diinginkan.
5. Menerapkan pengajaran
terprogram dalam prinsip-prinsip ”operant conditioning” bagi belajar manusia di
sekolah. Pengajaran ini berlangsung seperti halnya paket pengajaran diri
sendiri yang menyajikan suatu topik yang disusun secara cermat untuk dipelajari
dan dikerjakan oleh murid. Masing-masing pekerjaan murid diberi ”feed back atau
umpan balik.”
Penerapan
teori belajar dapat berhasil, jika guru mampu mengetahui tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
8
C.
PENGERTIAN DINAMIKA BELAJAR
Dinamika
adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak,
berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan.
Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota
kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena
selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam
kelompok itu, oleh karena itu, kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya
setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah. Jadi, dinamika belajar
adalah suatu pola dalam belajar yang terus berkembang dan mengalami perubahan
dari waktu ke waktu yang mengalami proses berkelanjutan atau bisa juga
dikatakan sebagai susunan belajar.
D.
PENERAPAN DINAMIKA BELAJAR
1. Pembelajaran Dinamis
Model Belajar Dinamis (BD)
Model
Belajar Dinamis mengintegrasikan siswa melalui akses internet sehingga
pembelajaran berproses :
§ Kapan saja dan dimana
saja.
§ Pemantauan progres
(kemajuan) dan diagnosis (analisa) umpan balik secara otomatis.
§ Materi pelajaran
bermutu dan selalu terbarukan.
§ Akses mata pelajaran
terjangkau siswa secara luas.
§ Memberikan solusi
secara interaktif dan integratif.
§ Pelaksanaannya mudah
dan memberi dukungan pada belajar siswa secara berkelanjutan.
Keunggulan
Belajar Dinamis dapat menghemat waktu, sumber belajar tersedia sepanjang waktu,
dan siswa dapat dengan bebas memilih dan menentukan waktu belajarnya, kapan pun
sesuai dengan pilihannya.
9
Keuntungan
model Belajar Dinamis Berkelompok yang diintegrasikan atau disatukan pada
sistem online berpeluang baik dalam membangun komunitas pembelajaran karena :
§ Semua mengontrol
semua.
§ Menumbuhkan komitmen
kebersamaan dan saling berbagi pengetahuan baru.
§ Fleksibel dalam
pertukaran informasi dalam aktivitas belajar.
§
Masing-masing anggota
kelompok tetap independen.
§
Dialog dapat dilakukan
secara lisan dan tertulis sehingga dapat meningkatkan mutu interaksi (hubungan
timbal balik) dan kolaborasi (perpaduan).
§
Membangun tujuan bersama,
memecahkan masalah bersama, serta dapat mengembangkan proyek yang fokus atau
berpusat pada kepentingan bersama serta lebih menghargai kerja sama.
Sekalipun model Belajar Dinamis
maupun Belajar Dinamis Berkelompok memberikan manfaat sebagai strategi
pembelajaran, namun pasti pula memiliki keterbatasan, karena sekalipun guru
dekat dari sisi teknologi, dalam kenyataannya guru dan siswa bisa tidak berada
dalam tempat yang sama, sehingga model ini :
§ Tidak efisien jika
dilaksanakan dalam waktu yang pendek.
§ Pendidik yang berada
pada pusat kendali sistem mengontrol siswa sangat longgar.
§ Produk belajar yang
dapat diwujudkan sangat sulit diprediksi atau diperkirakan.
10
Teknologi yang dapat sekolah gunakan untuk mensejajarkan mutu pembelajaran
dengan teknik pembelajaran di negara-negara maju, diantaranya sekolah dapat
menggunakan Moodle. Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning
Environment) adalah paket software atau perangkat lunak yang dirancang untuk
mengembangkan kegiatan belajar berbasis internet dan website. Moodle merupakan
tempat belajar dinamis. Tantangan yang sekolah perlu harus meningkatkan
keterampilan warganya mengelola dan menyajikan informasi. Meningkatkan dan
menyediakan waktu membaca dan menulis. Menyajikan materi pembelajaran dalam
bentuk dokumen sistematis sehingga layak saji dalam media. Yang tidak kalah
penting adalah menjadikan penggunaan teknologi menjadi makanan sehari-hari,
dalam pelaksanaan tugas. Seluruh warga sekolah terintegrasi pada internet
dengan menggunakan berbagai media, termasuk menggunakan handphone.
- Dinamika Siswa dalam Belajar
Siswa yang
belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
terhadap lingkungannya. Ranah kognitif (Bloom, dkk.) terdiri dari enam jenis
perilaku sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,
peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan
baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya, mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
11
e. Sintetis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Misalnya, kemampuan menyusun suatu program kerja.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil
karangan.
Keenam jenis perilaku ini bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan
tergolong terendah, dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi. Perilaku yang
terendah merupakan perilaku yang “harus” dimiliki terlebih dahulu untuk
mempelajari hal yang lebih tinggi.
Dapat diketahui bahwa siswa yang
belajar akan dapat memperbaiki kemampuan internalnya. Dari kemampuan-kemampuan
awal para pra-pelajar, meningkat memperoleh kemampuan-kemampuan yang tergolong
pada keenam jenis perilaku yang di didikkan di sekolah.
Ranah afektif (Krathwohl dan Bloom, dkk) terdiri dari perilaku-perilaku
sebagai berikut:
1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan
kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya
perbedaan-perbedaan.
2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan memperhatikan, dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan
3. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai,
menghargai, dan menentukan sikap. Misalnya, menerima suatu pendapat orang lain.
4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem
nilai sebagai pedoman hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala
nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
12
5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan
membentuk menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuan
mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang disiplin.
Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga
berisi kemampuan kognitif, kelima jenis perilaku tersebut juga bersifat
hierarkis. Perilaku penerimaan merupakan jenis perilaku terendah dan perilaku
pembentukan pola hidup merupakan jenis perilaku tertinggi.
Dapat kita ketahui bahwa siswa yang belajar akan memperbaiki
kemampuan-kemampuan internalnya yang afektif. Siswa mempelajari kepekaan
tentang suatu hal sampai pada penghayatan nilai sehingga menjadi suatu pegangan
hidup.
Ranah
psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu:
1. Persepsi,
yang mencakup kemampuan memilah-milah (mendiskriminasikan) hal-hal secara
khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2. Kesiapan, yang mencakup semua penerapan dari dalam keadaan di mana akan terjadi
suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan
rohani. Misalnya, posisi start lomba lari.
3. Gerakan
terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau
gerakan peniruan. Misalnya, membuat lingkaran di atas pola.
4. Gerakan
yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan tanpa contoh. Misalnya,
melakukan lompat tinggi dengan tepat.
13
5. Gerakan
kompleks, yang mencakup
kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap,
secara lancar, efisien, dan tepat. Misalnya, bongkar-pasang peralatan secara
tepat.
6. Penyesuaian
pola gerakan, yang
mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan
syarat khusus yang berlaku. Misalnya. Ketarampilan bertanding.
7. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak
yang baru atas dasar prakasa sendiri. Misalnya, kemampuan membuat tari kreasi
baru.
Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf keterampilan yang
berangkaian. Kemampuan-kemampuan urutan fase-fase dalam proses belajar motorik.
Urutan fase-fase motorik tersebut bersifat hierarkis.
Dapat diketahui bahwa belajar kemampuan-kemampuan psikomotorik, belajar
sebagai kemampuan gerak dapat dimiulai dengan kepekaan memilah-milah sampai
dengan kreativitas pola gerak baru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
psikomotorik mencakup kemampuan fisik dan mental. Siswa yang belajar berarti
memiliki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Biggs dan
Telfer berpendapat siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar. Macam-macam
motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi empat golongan, (i) motivasi
intrumental, (ii) motivasi sosial, (iii) motivasi berprestasi, dan (iv)
motivasi intrinsik.
14
Motivasi instrumental berarti bahwa siswa belajar karena didorong oleh
adanya hadiah atau menghindari hukuman. Motivasi sosial berarti bahwa siswa
belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan pada tugas
menonjol. Motivasi intrinsik berarti bahwa belajar karena keinginannya sendiri.
Motivasi instrumental dan motivasi sosial merupakan kondisi eksternal,
sedangkan motivasi berprestasi dan motivasi intrinsik merupakan kondisi
internal.
Dari segi siswa, maka bila siswa memiliki motivasi berprestasi dan motivasi
intrinsik diduga siswa akan berusaha belajar segiat mungkin. Pada motivasi
intrinsik ditemukan sifat perilaku berikut:
1. Kualitas keterlibatan
siswa dalam belajar sangat tinggi, hal ini berarti guru hanya memelihara
semangat.
2. Perasaan dan
keterlibatan ranah afektif tinggi, dalam hal ini guna memelihara keterlibatan
belajar siswa.
3. Motivasi intrinsik
bersifat memelihara diri sendiri. Dengan ketiga sifat tersebut, berarti guru
harus memelihara keterlibatan siswa dalam belajar.
Menurut
Biggs dan Telfer, motivasi berprestasi dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu: motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah. Siswa
bermotivasi berprestasi lebih tinggi berkeinginan meraih keberhasilan. Siswa
tersebut lebih merasa terlibat dalam tugas-tugas, dan tidak menyukai kegagalan.
Dalam hal ini guru harus menyalurkan semangat kerja keras siswa. Siswa yang
bermotivasi berprestasi rendah umumnya lebih suka menghindarkan diri dari
kegagalan. Guru harus mempertinggi motivasi belajar pada siswa tersebut. Terhadap
siswa bermotivasi berprestasi rendah, guru diharapkan mampu berkreasi dalam
kegiatan-kegiatan pembelajaran.
15
- Dinamika Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
Peran guru
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sangatlah relatif tinggi. Peran tersebut
terkait dengan peran siswa dalam belajar. Adanya gejala membolos sekolah, malas
belajar, senda gurau ketika guru menjelaskan bahan ajar sukar misalnya,
merupakan ketidak sadaran siswa tentang belajar. Kondisi eksternal yang
berpengaruh pada belajar yang penting adalah bahan belajar, suasana belajar,
media dan sumber belajar, dan subjek pembelajar itu sendiri.
a. Bahan
belajar
Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi
pendidikan. Isi pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai,
sikap, dan metode pemerolehan. Dapat diketahui bahwa bahan belajar dapat dijadikan sarana penggiat belajar. Bahan
belajar dapat menarik perhatian siswa. Wujud fisik seperti bentuk buku, ukuran
buku, gambar buku, bentuk dan huruf dapat dibuat oleh penyusun buku sehingga
dapat menarik perhatian pembaca.
Guru
memiliki peranan penting dalam pemilihan bahan belajar, sehingga
pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh guru adalah sebagai
berikut:
1. Apakah isi bahan
belajar sesuai dengan sasaran belajar? Jika tidak sesuai, adakah bahan
pengganti yang sederajat dengan program?
2. Bagaimana tingkatan
kesukarelaan bahan belajar bagi siswa? Jika bahan belajar tergolong sukar, maka
guru perlu “membuat mudah” bahan tersebut bagi siswa. Guru dapat menunjuk bahan
prasyarat, menambah waktu belajar, dan menggunakan sebagai sumber lain.
3. Apakah isi bahan
belajar menuntut digunakannya strategi belajar mengajar tertentu? Jika siswa
“telah menangkap” isi bahan belajar yang baik, apakah guru masih harus
menceramahkan bahan tersebut dikelas? Dalam hal ini, guru diharapkan
menyesuaikan strategi belajar-mengajar dengan bahan belajar.
16
4. Apakah evaluasi hasil
belajar sesuai dengan bahan belajar tersebut? Kemampuan-kemampuan pada
ranah-ranah kognitif, afektif, psikomotorik manakah yang dikandung oleh bahan
belajar? Sehingga dapat dievaluasi dengan menggunakan tes memilih benar-salah.
b. Suasana Belajar
Kondisi
gedung sekolah, tata ruang, alat-alat belajar mempunyai pengaruh pada kegiatan
belajar. D isamping kondisi fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga
berpengaruh pada kegiatan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam
menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa. Beberapa pertimbangan
penting dalam rangka menciptakan suasana belajar adalah sebagai berikut:
1. Apakah gedung sekolah
dan kampus sekolah membuat kenyamanan belajar? Jika gedung sekolah, ruang
kelas, perabot sekolah “tidak memenuhi syarat” untuk belajar, maka guru dapat
melakukan usaha perbaikan. Sebagai ilustrasi misalnya menanam tanaman hias di
halaman.
2. Apakah suasana pergaulan
antar-orang tua, pegawai-siswa bersifat akrab dan tertib? Setiap guru memilki
kwajiban ikut serta manjaga mewujudkan pergaulan yang akrab dan tertib. Peran
guru adalah “membuat rukun” semua warga sekolah.
3. Apakah siswa memiliki
ruang belajar di rumah? Jika sebagian siswa tidak memiliki ruang belajar, maka
guru dapat menyusun kelompok belajar dan giliran belajar di tempat tertentu.
4. Apakah siswa memiliki
group yang cenderung merusak tertib pergaulan? Jika ada siswa yang menjadi
anggota group demikian, guru berperan melakukan pencegahan-pencegahan dengan
bekerjasama dengan orang tua dan pihak lain demi terciptanya pergaulan yang
tertib.
17
c. Media dan Sumber
Belajar
Sumber
belajar dapat ditentukan dengan mudah. Sawah percobaan, kebun bibit, kebun
binatang, tempat wisata, museum, perpustakaan umum, surat kabar, majalah,
radio, sanggar seni, sanggar olahraga, televisi dapat ditemukan di sekolah.
Beberapa pertimbangan dalam pemanfaatan media dan sumber balajar tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Apakah media dan
sumber belajar tersebut bermanfaat untuk mencapai sasaran belajar? Jika ya,
maka guru perlu menghubungi pemilik media dan sumber belajar dikampus sekolah.
2. Apakah isi
pengetahuan yang ada di surat kabar, majalah, radio, televisi, museum,
kantor-kantor dapat dimanfaatkan untuk pokok bahasan tertentu? Jika ya, maka
guru perlu menugasi siswa untuk mempelajari isi pengetahuan tersebut. Sebagi
ilustrasi, guru dapat memanfaatkan isi siaran pengajaran bahasa Arab, bahasa
Indonesia, bahasa Inggris pada acara siaran televisi tiap minggu.
3. Apakah isi
pengetahuan di kebun bibit, kebun binatang, perpustakaan umum ada yang
bermanfaat bagi pokok bahasan tertentu? Jika ya, maka guru dapat memprogram
pembelajaran di tempat tersebut. Dalam hal ini guru dapat melakukan karya
wisata terprogram.
Secara
singkat dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat program pembelajaran dengan
memanfaatkan media dan sumber belajar di luar sekolah. Pemanfaatan tersebut
bermaksud meningkatkan kegiatan belajar, sehingga mutu hasil belajar semakin
meningkat (Woolkfolk dan Nicolich).
18
d. Guru Sebagai Subjek
Pembelajar
Guru adalah
subjek pembelajar siswa. Sebagai subjek pembelajaran guru berhubungan langsung
dengan siswa. Guru dapat menggolong-golongkan motivasi belajar siswa tersebut.
Kemudian guru melakukan penguatan-penguatan pada motivasi instrumental,
motivasi sosial, motivasi berprestasi, dan motivasi intrinsik siswa.
Guru
memiliki peranan penting dalam acara pembelajaran. Diantara peranan guru tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Membuat desain
pembelajaran secara tertulis, lengkap, dan menyeluruh .
2. Meningkatkan diri
untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh.
3. Bertindak sebagai
guru yang mendidik.
4. Meningkatkan
profesionalitas keguruan.
5. Melakukan
pembelajaran sesuai dengan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan
kondisi siswa, bahan belajar, dan kondisi sekolah setempat. Penyesuaian
tersebut dilakukan untuk meningkatkan mutu belajar.
6. Dalam berhadapan
dengan siswa, guru berperan sebagai fasilitas belajar, pembimbing belajar, dan
memberi balikan belajar. Dengan adanya peran-peran tersebut, maka sebagai
pembelajar sepanjang hayat.
19
BAB III
PENUTUP
- Simpulan
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan :
1. Dengan memahami
berbagai teori dan dinamika belajar, maka pendidikan yang berkembang di bangsa
kita niscaya akan menghasilkan output-output yang berkualitas dan mampu
membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
2. Teori dan dinamika
belajar tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling terkait. Teori belajar dapat
dijalankan jika dinamika belajar mendukung proses belajarnya. Sebaliknya,
dinamika belajar dapat terjadi karena adanya penerapan dari teori belajar.
3. Penerapan teori dan
dinamika belajar sekarang sangatlah beragam. Guru dapat menerapkan menurut
aliran-aliran teori tertentu. Teori yang dilakukan guru dan siswa hendaknya
menarik, merangsang siswa untuk berpikir dan guru dapat menciptakan
pembelajaran yang bermakna.
- Saran
Saran yang
dapat diberikan dalam makalah ini adalah :
1. Agar makalah ini
dapat dijadikan bahan belajar untuk kita semua, guna untuk menambah pengetahuan
kita mengenai teori dan dinamika belajar, sehingga kelak kita dapat menjadi
seorang guru yang profesional.
2. Teori dan dinamika
belajar hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia
pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar dapat dicapai.
20
DAFTAR
PUSTAKA
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Darsono,
Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang
: IKIP Semarang Press.
Dimyati. 2006. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik,
Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta
: Bumi Aksara.
Nana Sudjana. 1991. Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta : FE UI.
Salim,
Agus dkk. 2004. Indonesia Belajarlah. Semarang
: Gerbang Madani Indonesia.
Slameto. 1988. Belajar.
Jakarta : Bina Aksara.
21
No comments:
Post a Comment